Makassar, Arusinfo.id – Direktur CV Mega Uleng, Riska, menampik komentar yang dilemparkan Ayu. Kata dia, komentar itu hanyalah tudingan yang tidak mendasar. Sebab dia juga mengaku bingung, penggelapan seperti yang dimaksudkan Ayu.
Sebab, Riska mengaku sudah memberikan dana awal sebesar Rp1,9 miliar, dari anggaran yang cair sebesar Rp2,1 miliar. Sebab Rp200 juta lainnya dia gunakan untuk membayar kebutuhan yang lain sekaitan dengan proyek tersebut.
”Dia laporkan saya ke Polsek dan sekarang sedang proses. Tapi tidak apa-apa, selama saya bisa buktikan apa yang dia tuduhkan, saya akan lakukan nati. Sebenarnya dia tahu kejadian yang sebenarnya. Saya sudah kasih dana awal Rp1,959 miliar, itu uang muka. Kan seharusnya modalnya tertutup dengan itu. Lalu penggelapan siapa yang dia maksud,” kata Riska, dilansir dari Koranfajar.com, Selasa (22/8/2023).
Lebih lanjut Riska mengatakan, saat dia merasa tidak melakukan apa-apa. Dia masih tetap berada di kawasan Rujqb Gubernur Sulsel untuk melanjutkan pekerjaan. Kata dia, pekerjaan tersebut diambil alih karena pihak PU sudah dua kali melayangkan surat peringatan agar pekerjaan segera dituntaskan
”Saya tetap di rujab melanjutkan pekerjaan. Ini saya ambil alih karena saya sudah dapat peringatan dua kali di bulan Mei dan Juni. Ini pasti saya tindak lanjuti. Karena saya direktur, sata tidak mau dong perusahaan saya putus kontrak dan dapat citra buruk,” kata dia.
Riska juga mengklaim bahwa komunikasinya dengan Ayu sangat baik. Itu sebabnya dia mempercayakan pekerjaan ini kepada Ayu, sampai ke hal-hal kecil seperti bahan bakar kendaraan dan sebagainya.
”Seandainya saya tidak ditegur, mungkin oke. Tapi ada teguran, makanya saya lakukan percepatan karena bisa berakibat pada pemutusan kontrak perusahaan saya. Saya sebenarnya tidak mau bicara selama proses berlangsung. Tapi karena kejadiannya begini, makanya saya juga bicara,” imbuhnya.
Dengan begitu, Riska menfaku hanya ingin fokus menyelesaikan proses pembangunan masjid. Setelah rampung, baru lah dia mau bicara banyak. Terlebih lagi kata dia, Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman sudah meminta agar pekerjaan segera diselesaikan.
”Saya tegaskan kepada ibu Ayu, tidak ada yang meggelapkan uang di sini. Bagaimana saya mau menggelapkan sementara pekerjaan masih jalan terus. Memang ada untung, itu benar, tapi kan belum selesai. Lalu di mana kita mau ambil untung kalau masih banyak yang mau dibeli, mau bayar ini-itu. Saya cuma melakukan percepatan,” bebernya.
Riska juga menegaskan, seandainya saja tidak ada dana yang diberikan sebagai pengganti modal awal, maka bisa saja Ayu menuntut hal seperti ini. Akan tetapi, dana awal yang ditalangi Ayu sudah terganti dengan biaya Rp1,9 miliar tersebut.
”Kecuali saya tidak kasih uang dan uangnya sudah keluar, mungkin dia bisa bilang begitu. Kalau memang Ibu Ayu maunya uang, ya tunggulah pekerjaan selesai. Pekerjaan ini kan 100 persen dibiayai negara, kami cuma pelaksana, untung apa yang mau diambil kalau belum selesai,” ungkapnya.
Riska juga mengklaim, upaya mengambil alih pekerjaan semata-mata dilakukan untuk menyelamatkan perysahaannya. Sehingga, kejadian diluar itu Pemprov tidak mau ambil pusing. Mereka hanya tahu, jika pekerjaan tidak beres maka solusinya putus kontrak. ”Yang berkontrak ini PPK dari PU dan PT saya. Kalau putus kontrak kan saya yang kena dan nama baik perusahaan saya yang jelek,” tambahnya.
Riska juga mengaku, menyesalkan apa yang ditudingkan Ayu terkait penggelapan material. Padahal kata dia, kesepakatan sudah terjalin dan Ayu sendiri yang memasukkan material untuk bangunan. Namun belakangan, Ayu juga yang melaporkan terkait material tersebut.
”Dia lapor saya ambil material dan sebagainya, kan dia yang tahu dan dia yang masukkan material. Kok bisa dia yang melapor lagi? Kalau memang itu material bodong, harusnya ke dia dong, bukan saya. Kan kita sudah sepakat bangun masjid ini sesuai spesifikasi dan perjanjian. Saya tidak tahu apa-apa, saya juga tidak pernah melontarkan kalimat buruk soal Ibu Ayu,” jelasnya.
Berkaitan dengan kabar bahwa Riska menutup komunikasi, dia menganggap hal itu keliru. Riska masih ingin berkomunikasi tetapi melalui pengacara. Sementara Ayu ingin bertemu langsung dan membicarakan secara gamblang tanpa melalui perantara.
”Ada pengacara yang bisa bicara, bukan berarti saya menutup komunikasi. Kan komunikasi seharusnya dua arah. Agar ini ketemu, ada pihak ketiga sebagai perantara saya. Pengacara yang saya minta untuk komunikasi dengan ibu Ayu, karena dia yang faham komunikasi begini. Saya tidak mau bicara tanpa data,” terangnya.
Riska juga mengaku tidak mau berkoar-koar. Sebab dia merasa pekerjaannya sudah direcoki, dan dia memilih untuk fokus pada pekerjaan sembari menunggu perkembangan kasus yang menyeret namanya ini.
”Sekarang ini saya merasa seperti direcoki. Saya sudah lelah. Kalaupun ada masalah antara saya dengan Ayu, ayo bicarakan nanti. Sekarang banyak yang harus saya selesaikan soal pekerjaan ini. Seharusnya saya sudah tidak bisa bekerjasama dengan dia karena tidak bisa berkomunikasi dengan baik. Bagi saya sudah cukup lah,” keluhnya.
Riska juga mengaku pasrah dengan semuanya. Dia mengaku tidak melakukan kesalahan seperti yang disampaikan Ayu, dan dia lebih memilih untuk menyelesaikan pekerjaannya sendiri.
”Dia sudah bekerja pakai perusahaan saya, dapat makan juga ada yang dari perusahaan saya. Kalau pun dia modali, kan balik juga. Saya sangat menyayangkan hal ini, apalagi kalau terdengar dengan teman-teman kita. Saya ikhlas dan legowo. Lagian saya hanya pekerja yang punya tanggung jawab menyelesaikan pekerjaan sesuai kontrak. Intinya, saya tidak mencuri atau menggelapkan apa-apa, saya hanya bekerja,” tutupnya.