SIDRAP, arusinfo.id–Siri karena istri diperkosa bagi Muhlis adalah utang yang harus dibayar Abdul Rauf. Kini, utang itu lunas dengan bayaran nyawa.
***
Seperti petir di siang bolong. Kaget dan tak percaya. Seperti itu kira-kira kondisi Muhlis saat mengetahui istrinya melapor diperkosa Abdul Rauf.
Muhlis geram. Di benaknya saat itu, Abdul Rauf harus mati di tangannya. Apapun caranya.
Pada hari Minggu (24/9) Muhlis terbang dengan pesawat dari Kabupaten Manokwari Barat, Provinsi Papua Barat menuju Pangkep, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Di kampung halamannya itu, dia mengatur siasat. Memancing Abdul Rauf untuk bertemu diam-diam agar bisa leluasa menghabisi pemerkosa istrinya itu.
“Saat itu Muhlis muncul niat dan menyusun rencana pembunuhan terhadap korban,” kata Kapolres Sidrap, AKBP Erwin Syah saat rilis di Mapolres Sidrap, Rabu 27 September 2023.
Dia pun meminta istrinya untuk menghubungi Rauf. Pura-pura mau bertemu. Pada pukul 20.00 Wita, dia berangkat menuju ke Parepare dengan menumpang mobil angkutan umum dari Pangkep. Tak lupa ada parang dibungkus karton dan badik terselip di pinggang.
Sebelum jembatan Sumpang Minangae, Kota Parepare dia turun. Kemudian menuju ke dekat SPBU Mattiro Tasi, Jalan Poros Parepare-Sidrap.
Sampai 3 jam menunggu, pria asal Desa Padang Lampe, Pangkep ini melihat pengendara motor melintas sambil menelpon. Dia yakin itulah pria yang menjadi targetnya. Ciri-ciri motor dan penampakannya sesuai yang digambarkan istrinya Andi Nuraini.
Dia mengendap diantara rimbunnya pohon pisang. Dibukanya sebilah parang yang terbungkus karton tadi. Dia juga meminta istrinya untuk mengarahkan Rauf ke lokasi tempatnya bersembunyi, tepatnya di Kamirie, Kecamatan Watang Pulu, Sidrap.
Saat target tidak fokus memperhatikan langkahnya karena sedang menelpon, Muhlis mengayunkan parangnya dan menebas bagian kepala Rauf.
Rauf sempat hendak melarikan diri, tetapi pria yang tinggal dan bekerja di Manokwari Barat, Provinsi Papua Barat ini memegang kerah jaket Rauf dan menariknya hingga terjatuh ke tanah. Muhlis kemudian menyeret Rauf ke selokan.
Kali ini Muhlis menarik badiknya. Menusuk Rauf sampai empat kali hingga menyisakan luka pada bagian perut, dada, ketiak dan di pundak.
Setelah memastikan Rauf sudah tak bernyawa, Muhlis meminta maaf dengan bahasa Bugis “Tania tau uwuno, sipamumi de nasipa tau. Addampengika silessureng (bukan manusia yang saya bunuh tapi sifatmu tidak seperti sifat manusia, maafkan saya saudara).
Geger Penemuan Mayat Abdul Rauf
Pada Senin (25/9) sekitar pukul 7.00 Wita seorang saksi bernama Syahrir yang merupakan satpam PT Jaffa sedang melintas di TKP usai megantar anaknya ke sekolah.
Pandangan Syahrir terbentur pada sesosok mayat pria di pinggir jalan, Dusun III Kamirie Desa Mattirotasi, Kecamatan Wattangpulu, Kabupaten Sidrap. Posisi mayat tengkurap di dalam selokan. Tubuh korban juga dalam kondisi bersimbah darah, termasuk di kepala yang ada luka sabetan senjata tajam.
“Ada luka di bagian kepala dan bagian tubuh lainnya akibat benda tajam,” kata Kasat Reskrim Polres Sidrap, AKP Muhalis kepada media.
Di TKP ditemukan motor korban. Ada juga sarung parang yang diduga dipakai pelaku menghabisi nyawanya. Syahrir melaporkan kejadian tersebut kepada Kepala Desa Mattirotasi. Selanjutnya dilaporkan ke polisi untuk dilakukan olah TKP.
Polisi yang turun menyelidiki bisa dengan cepat mengenali korban. Dia adalah Abdul Rauf, seorang warga Kecamatan Maiwa, Kabupaten Enrekang.
Sejak saat itu, polisi pun mengumpulkan saksi-saksi dan keterangan. Hingga akhirnya mencuat satu nama yakni Muhlis diduga sebagai pelaku pembunuhan.
Ditangkap Saat Pesawat Hendak Terbang
Muhlis mencoba untuk kabur kembali ke tempatnya di Manokwari pada Selasa (26/9). Dia sudah berada di Bandara Sultan Hasanuddin, tepatnya sudah hendak menunggu proses terbang sekitar pukul 3.45 Wita.
Dia memakai jaket jeans, celana pendek dan topi. Tak ada yang mencolok dan mengira dia telah mencabut nyawa seseorang.
Namun polisi berkomunikasi dengan petugas Bandara Sultan Hasanuddin. Dengan cepat Muhlis diciduk sebelum sempat kabur. Selain mengamankan pelaku, polisi juga berhasil mengamankan barang bukti jenis badik. Barang bukti tersebut diselipkan di koper miliknya.
“Iya, diambil (ditangkap) saat sudah di atas pesawat (hendak melarikan diri),” rinci Muhalis.
Motif Dendam
Saat diinterogasi polisi, Muhlis mengakui perbuatannya. Dia dendam saat mendengar pengakuan istrinya bahwa telah dipaksa berhubungan badan oleh korban.
Pengakuan istrinya itulah yang membuat dia berbuat nekat ingin menghabisi Rauf. Dia rela terbang jauh dari Manokwari Barat demi melampiaskan dendamnya.
“Pelaku mengakui telah menganiaya korban hingga meninggal menggunakan parang dan badik. Pelaku mengaku cemburu dan sakit hati istrinya pernah dipaksa berhubungan badan (diperkosa) oleh korban,” jelasnya.