Pinrang — Di balik dinding rumah kecil di Jalan Kesehatan, Pinrang, sosok renta ditemukan tak bernyawa. Puang Sahi (53), pria yang hidup sendiri, meregang nyawa dalam sepi—tanpa tangis, tanpa peluk terakhir. Warga menemukannya sudah tak bernyawa, tubuhnya membusuk dalam diam.
Minggu sore (4/5), tetangga mencium bau menyengat dari rumah kayu yang tertutup rapat. Lelaki Natanial (53), tetangga korban, mencium bau menyengat. Tapi makin sore, bau itu tak juga hilang. Hati kecilnya tak tenang.
Ia panggil warga. Mereka cari keluarga. Lalu pintu didobrak perlahan. Di dalam kamar gelap, Puang Sahi terbujur kaku. Tak ada jeritan, hanya hening. Tubuhnya dingin, wajahnya tenang—seolah pasrah.
“Kemarin malam itu kejadiannya. Saat ditemukan, jenazah sudah membusuk,” ujar Kapolsek Watang Sawitto, Kompol Irwan Tahir, Senin (5/5/2025).
Tim Inafis dan tenaga medis yang tiba di lokasi menyatakan tak ada tanda kekerasan. Korban diduga sudah dua hari meninggal sebelum ditemukan.
Ia meninggal karena sakit—paru-paru dan jantung yang lama diderita, kata keluarga. Menurut kesaksian, korban kerap batuk darah dan menolak diajak tinggal bersama kerabat. Ia memilih sendiri.
Lurah Penrang, Asrul, menuturkan keluarga menolak autopsi. Mereka ikhlas, menerima kepergian Puang Sahi sebagai bagian dari takdir.
“Keluarga menolak autopsi karena menilai ini bukan kasus pembunuhan tetapi memang karena sakit yang diderita korban,” jelasnya.